Kamis, 02 Januari 2014

Anak dan Media : Ponny Wood dan Adventure Time

Dea berumur 6 tahun. Ia senang menggambar dan mewarnai. Ia memiliki banyak buku gambar dan mewarnai. Tetapi yang paling ia sukai adalah buku mewarnai Ponny wood. Menurutnya tokoh Ponny wood kuda berwarna pink sangat lucu dan menggemaskan. Sedangkan saat tertentu ia bersama sang kakak Radit senang menonton kartun di channel kartun favorit mereka. Yang paling mereka sukai adalah kartun Adventure Time di CN. Satiap episode selalu mereka tonton hingga kini memasuki season empat. Memaang setiap hari tema yang dikisahkan dalam kartun tersebut berbeda, beda. Terkadang tentang berpetualangan, persahabatan, dan keluarga.

Data umum
Jenis : Buku Mewarnai
Judul : Ponny Wood
Jenis : film
Judul : Adventure Time
Durasi : 11 menit per episode
Penyampaian content
·         Gambar yang masih belum diwarnai

·         Film kartun
Content
·         Gambar kuda dan kawan-kawannya yang masih putih.
·         Bercerita tentang Finn si manusia dan jake si anjing. Tiap episode berbeda cerita, dan tokoh pendukung yang berbeda-beda pula.
Tujuan / materi yang ingin disampaikan/pelajaran yang bisa diambil
·        Mengajarkan anak secara kreatif mewarnai tokoh kartun tersebut
·      Mengajarkan anak untuk berbuat kebaikan dalam setiap perbuatannya.
Sasaran pembaca/penonton
·      Semua umur namun lebih cocok untuk anak perempuan karena berisi gambar-gambar kartun yang digemari anak perempuan
·         Semua usia dapat menonton kartun tersebut.
Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)
·      Sesuai tujuan
·      Sesuai usia yang dituju
·      Anak dengan bebas mengkreasikan gambar yang ia miliki
·         Berisi cerita sehari-hari. Misalnya memiliki masalah, lalu akan diselesaikan dengan bantuan teman.
·         Anak dibawah umur, membutuhkan bimbingan karena kemungkinan akan didapatkan kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak
Teori yang relevan
Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.

Ciri-ciri kreativitas Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:

a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

b. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.

c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

d. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Teori moral Reasoning Kohlberg masa prakonvensional.

Tahap 1 : Berorientasi pada hukuman dan kepatuhan. “Apa yang akan terjadi pada saya?” Anak akan mematuhi aturan dan akan mengacuhkan alasan atau motif dari suatu perilaku dan berfokus pada bentuk fisik (contohnya seberapa besar kebohongan itu) atau konsekuensinya (misalnya akibat yang ditimbulkan)

Tahap 2: Tujuan dan pengembalian. “Kamu mencubit, saya akan mencubit kamu juga” Anak-anak akan menyesuaikan diri pada aturan dan memikirkan akan apa yang dapat orang lain perbuat pada mereka, serta memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri (semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu)


Peniruan (modelling) Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (oranglain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkahlaku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.

- Modeling tingkah laku baru : Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkahlaku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkahlaku model ditransformasikan menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasikan menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti.

- Modeling Mengubah Tingkah laku lama : Dua dampat modeling terhadap tingkah laku lama : pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkahlaku model itu diganjar atau dihukum.

- Modeling Simbolik: Dewasa ini sebagian besar tingkahlaku berbentuk simbolik. Film dan televisi menyajikan contoh tingkahlaku yang tidak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.

- Modeling Kondisioning: Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modelilng semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.

Analisis dari kedua media :
Buku mewarnai Ponny Wood sudah cukup bagus dan menarik apalagi dengan cover yang membuat anak-anak tertarik. Anak bisa mengembangkan imajinasi mereka, apa yang mereka ingin sampaikan dari hasil yang mereka kerjakan. Karena terkadang dalam gambarnya anak menyampaikan apa keluh kesah mereka yang tidak tersampaikan pada orang tuanya.
Sedangkan kartun Adventute Time, anak-anak bisa mengambil nilai positif yang mereka dapat. Misalnya kalau berbohong akan ada hukumannya. Kalau jujur nanti anak bisa mendapatkan kebahagiaan atau reward, meski tidak melulu barang-barang yang mereka ingin dapatkan. Anak-anak jadi berpikir untuk tidak melakukan hal-hal buruk karena biasanya hal buruk akan mendatangkan celaka. Namun dalam menonton ataupun mewarnai dan menggambar diharapkan anak untuk mendapat bimbingan langsung dari orang tua untuk mengawasi apa yang anak tonton atau anak gambar.

My opinion / conclusion :
Saya lebih menyukai buku mewarnai  Ponny Wood. Karena Dea sering mengisi space kosong pada buku mewarnai dengan komik hasil buatannya sendiri. Dari cerita kakaknya dia sering membuat gambar yang berhubungan dengan kegiatan sehari-harinya. Dea memang menggambar apa yang ia mau sesuai keinginannya dan biasanya ia menunjukkan hasil gambarnya kepada orang tuanya. Tapi pernah dea tidak memperlihatkan pada orang tua karena ia lupa atau malu atas hasil gambarnya.  Sedangkan kartun Adventure Time kata-kata yang di dalam kartun terkadang susah dimengerti dan ada kata-kata yang tidak pantas diketahui oleh anak kecil. Seperti pacaran. Sehingga mungkin anak bisa meniru perilaku dalam kartun. Sehingga saya menyarankan pada orangtua untuk mengembangkan kreativitas Dea dengan menggambar atau mewarnai.

Stephanie L. T. 
115120301111005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar