Kamis, 26 Desember 2013

Anak & media : Dragon Force dan Hewan Purbakala


Anak yang saya wawancarai bernama Fiqih Rahmatullah, panggilannya Fiqih usianya 7 tahun.Sekarang fiqih duduk di bangku sekolah dasar kelas dua. Ia  sangat menyukai Film kartun yang berjudul Dragon Force yang tayang dari pukul 13.00 s.d 13.30 WIB di stasiun televise Net. Menurutnya, acara ini sangat seru karena perlawanan makhluk bumi dengan bentuk – bentuk yang berbagai macam sangat diidolakannya. “sebagai makhluk bumi kita harus berusaha untuk melindungi orang jahat yang akan menghancurkan bumi” begitu tuturannya saat ditanyai alasannya menyukai film tersebut. Peran anak kecil yang mengemudikan robot dalam film ini sangat diidolakannya.
Saat ditanyai buku bacaan yang disukainya, dengan semangat Fiqih menceritakan tentang buku - buku hewan purbakala yang sangat menraik perhatiannya. setiap memasuki toko buku, Fiqih wajib dibelikan tambahan koleksi mengenai buku hewan purbakala. Alasan Fiqih menyukai buku - buku ini karena, hewan seperti ini jarang terlihat di televisi dan sudah tidak ada lagi sekarang selain berada di museum - museum. 


Data umum
Jenis : Film
Judul : Dragon Force
Durasi : 30 Menit (termasuk Iklan)
Jenis : Buku Cerita
Judul : Ayo Mengenal Hewan Purba
Tahun : 2013
Penyampaian content
Film
Buku cerita full warna
Content
Bercerita tentang perlawanan makhluk bumi terhadap makhluk luar angkasa yang akan melakukan penyerangan terhadap bumi sehingga dibutuhkan perlawanan untuk bisa melindungi bumi dari bahayanya serangan makhluk luar angkasa. Film ini adalah film dalam bentuk fantasi anak yang ditampilkan dengan bentuk dua dimensi dengan animasi full colour, sehingga anak – anak bisa terhibur dengan animasi yang dibuat.
Bercerita tentang  jenis – jenis hewan khususnya spesies Dinosaurus. Dalam buku tersebut dijelaskan apa saja nama lain dari setiap jenis hewan, bagaiman ciri khas dari setiap hewan, apa saja makanan dan bagaimana mereka bertahan hidup sampai akhirnya mereka punah dan yang ditemukan sampai saat ini tinggallah fosil – fosil yang diawetkan di berbagai museum yang berada di dunia.
Tujuan atau materi yang ingin disampaikan atau pelajaran yang bisa diambil
·        Hukuman bagi orang yang tidak baik
·        Banyak membaca supaya bertambah ilmu pengetahuan
·      Bagaimana kehidupan hewan purba itu
·      Apa saja makanan hewan purba
·      Belajar mengenal perbedaan hewan purba dan hewan yang sekarang
Sasaran pembaca atau penonton
·      Film ini cocok untuk anak – anak karena tekanan pada film ini adalah fantasi dalam cara berpikir mereka.
·      Cocok untuk laki-laki, karena apabila film ini ditonton oleh anak perempuan bisa mencitihkan perilaku yang tidak feminine dan suka berteriak.
·         Cocok untuk bacaan anak untuk sekolahan karena informasi yang disampaikan adalah informasi umum.
·         Bisa dibaca oleh orang dewasa dan juga anak – anak
·         Konsumsi ini ditujukan bukan hanya untuk anak cowok, melainkan anak cewek.
Pengemasan media (kelebihan,  kelemahan)
·      Sesuai tujuan yang dimaksudkan, yaitu untuk megolah pikiran fantasi anak tentang perlawanan kepada mereka yang tidak baik akan selalu menang.
·      Sesuai usia yang dituju, yaitu anak – anak usia sekolah dasar,
·      Bahasa dan informasi yang disampaikan jelas, gambar juga bagus.
·      Adegan perkelahian mungkin bisa dikurangi
·      Sesuai untuk anak – anak karena Bahasa buku yang disampaikan sangat mudah dipahami.
·      Gambar – gambar diolah dalam bentuk kartun, bukan foto sehingga anak –a anak yang mungkin belum pernah melihat hal tesrsebut sebelumnya di televise tidak akan ketakutan dan akan terus membaca.  
Teori yang relevan
·                    Perkembangan moral berdasarkan Kohlberg dibagi menjadi tiga bagian:
Level 1 (Tahap prekonvensional). Benar dan salah ditentukan dari reward atau punishment.
Stage 1.
 Pada tahap ini anak-anak menilai perilaku mereka baik atau buruk berdasarkan pada hasil akhir dari perilaku tersebut. Suatu perilaku bernilai baik menurut mereka jika mendapatkan reward dan perilaku itu buruk jika mendapatkan punishment.
·                   Tahapan perkembangan moral dari Piaget:
Moral realism, anak usia 5-10 tahun.  :  Berpikir secara kaku: aturan harus ditaati serta  Perilaku dinilai berdasarkan konsekuensinya.
Pada usia 5 sampai 10 tahun, anak-anak mengembangkan ketertarikan yang kuat akan aturan-aturan. Anak-anak sekarang percaya bahwa aturan-aturan ditetapkan oleh figur-figur autoritas seperti Tuhan, polisi, orangtua mereka dan anak-anak memiliki pemikiran bahwa peraturan itu bersifat mutlak dan tidak dapat diubah. Anak-anak yang berada pada tahap ini memikirkan aturan sebagai moral yang bersifat absolut. Mereka percaya bahwa sisi “benar” dan sisi “salah” adalah beberapa isu-isu moral dan perilaku yang berada di sisi “benar” selalu mengikuti aturan.
·              Teori Modelling Albert Bandura
Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian yang sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura :
Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan,
Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain,
Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model,
Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif,
Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif.
Jenis – jenis Peniruan (Modeling):
1.             Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2.            Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3.            Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4.            Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.  Contoh: Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5.            Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
·         Hill dan Stanford :
Perkembangan kognitif:
Karakteristik perkembangan kognitif pada masa pertengahan anak-anak adalah pemikiran operasional konkret. Dimana, pada tahap ini dapat melakukan operasi-operasi dengan mengubah tindakan secara mental, memperlihatkan keterampilan-keterampilan konservasi; penalaran secara logis menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya di dalam keadaan-keadaan konkret; tidak abstrak (misalnya, tidak dapat membayangkan langkah-langkah persamaan aljbar); keterampilan-keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan sub-subperangkat dan bernalat tentang keterkaitannya.  Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan kognitif anak-anak sudah semakin matang sehingga memungkinkan orangtua untuk bermusyawarah dengan mereka tentang penolakan penyimpangan dan pengendalian perilaku mereka.

Analisis dari kedua media :
Untuk anak usia sekolah, media film yang satu ini sudah cukup sesuai dilihat dari pelajaran yang bisa diambil dan cara berpikir melalui perkembangan moral yang sedang mereka jalani. Anak – anak busa dengan mudah menyimpulkan mana perilaku yang patut ditiru sehingga mendapatkan hadiah, dan manapula yang tidak patut ditiru sehingga akan memeperoleh hukuman.  Begitu halnya dengan pembelajaran  modelling yang bisa saja mereka mengikuti hal – hal yang kurang baik dalam film itu sehingga perlu adanya pengawasan dari orang tua.
Dan untuk media yang selanjutnya yaitu buku bacaan hewan yang disukainya bisa mempermudah cara berpikir abstraknya dengan adanya gambar – gambar yang diikutsertakan dalam buku tersebut. Sehingga anak – anak bisa langsung mengerti apa yang dimaksud oleh tulisan karena diikuti langsung oleh gambar.

My opinion / conclusion :
Saya lebih menyukai buku bacaan uang sering dibaca Fiqih dibanding tontonannya karena menurut saya dengan hobinya yang suka membaca dia dapat menambah variasi bahan bacaan yang berhubungan dengan moral dal tingkah laku dibanding dengan tontonan, karena bisa saja hal – hal yang tidak pantas tersaring justru akan diikutinya karena tidak menutup kemungkinan gaya pembelajaran modellingnya anak. sehingga saya menyarankan pada orangtua untuk ikut mengambil peran dalam pembimbingan serta ikut menonton film – film yang ditonton anaknya sehingga bisa membantu menyaring yang mana yang bagus diikuti dan mana pula yang tidak.
Kedua media tersebut tujuannya sesuai sasaran yang dituju, yaitu untuk anak – anak. Pada media film ini hanya perlu dikurangi adegan perkelahian yang berlebihan karena mungkin itu bisa ditiru oleh anak – anak dan diperagakan pada temannya. Sehingga apabila orang tua kurang dalam pengawasan akan terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.



Oleh : 
EMITA SUSAN KAABA
115120300111013

1 komentar:

  1. Teori banyak sekali...sayangnya tidak dimasukkan secara komprehensif/ tidak digunakan untuk menganalisa.

    BalasHapus